Sabtu, 20 November 2010

AMBIL SEJUMPUT RAYUKU DAN JADIKAN ANTING DITELINGAMU

hai non....
ambil sejumput rayuku jadikan anting ditelingamu…
tetaplah disamping…
karna kau takkan terkesampingkan…

apa yg kau takutkan dari pencarianku kedepan…?
bukankah tetap untukmu yg disamping…
bukankah masih juga untuk menemukanmu berada samping…?

aku hanya tak ingin menjadi kafir dengan mengingatmu…
melebihi 5 waktu yang diminta Tuhan…
untuk itu dikau kuataruh disamping…
hingga tak perlu lagi diri membayangkanmu…

cukup kugenggam jemari karna kau tepat disamping…
jadilah pembantu hatiku…
karena disana singgasana Tuhan…

doaku ribuan tahun taK akan bersambung…
jika engkau tak berbisik hal yg sama dihatiku…
karna kau ada bersama Tuhan…
karna engkau lebih disayang Tuhan…
semenjak menghuni hatiku…
simpan sejumput rayuku jadikan anting ditelingamu…

SEBUAH JANJI

aku tak ingin menjadi mtahari,
yang hanya bisa memberimu cahaya dari kejauhan
dan akan membakarmu bila aku mendekat...

aku tak ingn menjdi bunga
yang hanya bisa mengharumkanmu saat aku mekar
dan kemudian layu kala kamu petik...

tapi aku akan menjadi udara,, yg akan selalu ada di sisimu
dan dalam setiap tarikan nafasmu...

aku tak ingin menjadi bintang
yang hanya akan menerangi langkahmu saat malam datang
dan lenyap bila pagi menjelang...l

aku tak ingn menjadi kumbang
yang hanya bisa menghisap sari mu
dan akan pergi ketika kamu layu...

tapi aku akan menjadi darah
yang akan selalu mengalir dalam tubuhmu
dan tak akan berhenti hingga nanti kau mati..

aku akan selalu menemani alngkahmu dalam suka & duka mu... 

Kamis, 18 November 2010

Al-Habibbah An-Nafaa

“Sudahlah tutup saja, cukuplah... kubuang semua, segala pengharapan, semua keinginan”

* Aku titipkan semua air mataku pada hujan
sekarang angin menggiringnya menuju samudra luas
kekasih ketahuilah semua penderitaanku
aku terjatuh apa kau pun merasakanya...

* Semenit yang lalu suara berlalu “Maafkan aku”
ucapanmu itu jatuh berulang kali dari bibir yang kau anggap seperti scawan anggur untuk menenangkanku, tapi semakin kau mengatakanya kau tak sadar sedang mengirimkanku ke alam gulita yang tak pernah kutahu, semakin dalam.

* Suara yang sama masih mendengung ditelingaku, itulah ucapan “Selamat pagimu” yang menggetarkan seluruh dinding hatiku, sejenak senyum tersungging dibibirku, dan seluruh alam bersaksi dan jiwaku berkata Na’am Ya Allah i’tadzhiru bawaadiul kalimati bi khoiri

* Keramahan dan senyummu yang menariku jatuh jauh kedalam lamunan yang dalam, sedang segala arti perasaan ini menjadi Rahasia-Nya, dalam artian-artian yang sulit aku ingin terlelap lebih dalam lagi dan tak ingin terbangun dari ruang hatimu.

* Tolong mengertilah... aku hanya ingin membaca setiap gelisahmu, saat kau sakit aku ingin merasakan hal yang sama, dan saat kau terbang dengan sayap-sayapmu yang sukacita, aku menatap dengan mata khawatirku dari ujung bumi.

* Semua sederhana bagimu, tapi pengacuhanmu adalah rumus yang aneh dan sulit untuk dinalarkan, kepedulianmu pada rasa sakit yang kurasakan, lebih menyakitkan dari pada batu-batu yang merajam laskar laknat Abu Lahab..

* Kau membuangku jauh dalam jurang-jurang pengacuhan yang gulita, tak satupun hidangan cinta yang kuberikan kau makan, bisakah hatimu merasakan kehancuran ini? sekuncup hati yang telah kuberikan penuh untukmu kau buang jauh dengan “Al Ahsanu, anaa wa antum bi sohiibi faqoth”..

* Tak satupun nada kutemukan untuk kurangkai menjadi lagu untuk menembangkan semua kehancuran ini, pengacuhan ini tak membagikan apapun kecuali kegundahan yang memulas dnding2nya..

* Sampai aku rasakan hidupku benar-benar kosong, sampai pada daun yang jatuh diatas kakiku pun menangis tak berikhwal seperti dulu..

*Apalagi yang hendak kupilih Ya Allah...
syurga mencampakanku atau neraka yang menerimaku dengan penyiksaanya..??

Anaa Al-habibbah Al-Nafaa...
Akulah Kekasih Yang Dibuang...