Kamis, 25 Agustus 2011

BETAPA LUASNYA AJARAN ISLAM

Ajaran Islam yang mudah dicerna, masuk akal dan rasional, agaknya pas jika diberikan pada mereka yang masih awam pada Islam, atau tepatnya para muallaf. Namun, cukup disitukah kita akan berhenti memahami Islam? Untuk seseorang yang memang sudah benar-benar berhati Islam, sudah sepatutnya menapaki tahap yang lebih mendalam lagi, tahap untuk memasuki dimensi yang tak bertepi dimana akal sudah tak mampu menjangkau lagi.

Mungkin banyak orang diantara kita sepakat bahkan mati-matian membela pendapat mereka yang tak lebih dari sekedar generalisasi yang terburu-buru, yang punya akar historis dan implikasi ke depan yang panjang. It’s ok..Tapi untuk mengatakan bahwa semua ajaran Islam adalah ajaran yang rasional, tunggu dulu.

Medan (dimensi) akal adalah otak. Sedangkan dalam Islam bukan hanya menyantuni akal pikiran atau otak, melainkan hal yang lebih penting lagi yaitu “hati” (batin/qalbu). Justru inilah yang sebenarnya merupakan esensi dan misi Islam, menyantuni dan mengisi kekayaan hati (ruhani) yang tak bertepi, tak beralas, dan tak berlangit. Sebagian orang bisa saja merasionalisasikan atau mengakal-akali puasa dengan mengatakan bahwa “puasa akan membuat kita menjadi sehat” (ini hanya sekedar contoh) padahal sejatinya puasa akan (mudah-mudahan) membuat kita lebih bertakwa, lantas apakah itu takwa? Hal inilah yang hanya bisa dipahami dan dihayati secara batiniah, takwa tak bisa dirumuskan persis oleh rasio (akal). Sedangkan berbicara soal ruhaniah (batin), kita sudah masuk dalam dimensi dimana akal tak selalu bisa, bahkan (sering) tak pernah bisa menjangkaunya (mengintervensinya). Jangkauan rasio (akal) terhadap medan ruhaniah (hati) hanyalah akan mengakibatkan rasionalisasi terhadap ajaran-ajaran agama, ajaran agama diperas agar masuk akal. Jika kita terus berpegang pada hal yang demikian dan tak mau lagi mengembara ke dalam hal-hal yang lebih jauh lagi, maka ajaran agama praktis akan menjadi sebuah ajaran yang dangkal. Akibat yang lebih parah lagi adalah pendangkalan spiritual agama, ia menjadi kering dan aus.

Akal memang telah menghasilkan sains. Menurut pengalaman di jaman modern ini membuktikan bahwa rasio dan sains memang membawa manusia kearah hidup yang lebih comfortable. Tapi apakah keduanya berhasil membuat hidup lebih bermakna? Tak perlu argumentasi yang panjang untuk menjawab pertanyaan ini, cukup dengan menunjukkn fenomena kebangkitan agama di Barat dan Timur, yang disebabkan oleh gelombang kekuatan dari para pencari makna kehidupan, what’s the meaning of live.

Lantas apakah yang dicari orang-orang barat di dalam Islam? Banyak intelektual barat yang beralih agama ke Islam justru tertarik dengan kekayaan ruhaniah Islam, terutama tasawuf. Dan apakah tasawuf dapat dirasionalkan? Jawaban mereka “Absolutely not, and it’s not necessary”. Walhasil, sufisme dan tarekat-tarekat tumbuh subur termasuk di belantara beton Manhattan, lengkap dengan “sufi book store”.

Singkatnya, argumentasi bahwa Islam adalah ajaran yang rasional merupakan upaya yang bertolak dari suatu kesadaran atau sedikitnya berada diambang kesadaran untuk melakukan konfirmasi, kecocokan dengan dunia barat yang serba rasional. Banyak tokoh-tokoh sanjungan agama (yang diklaim sebagai modernis) ini gagal memberikan jawaban yang tuntas terhadap nestapa kaum muslimin.

Singkatnya lagi, slogan yang lebih mengena kepada diri seorang yang Islam adalah “kembali pada kekayaan hati (batin Islam)”. Ini (setidak-tidaknya) bisa diawali dan dilakukan tanpa harus mengesampingkan penggunaan akal, namun jika kita tetap berdiri pada rasionalitas (lebih tepatnya berhenti pada apa yang hanya mampu tertangkap oleh akal), maka keyakinan kita tak akan punya masa depan. Jika Islam ingin berperan lebih positif ditengah hingar bingar modernisasi, itu justru disebabkan oleh warisan spiritualnya, yang tidak lain adalah pengembaraan “hati”...

Pesan Tuhan di Sebuah Koin

Seandainya aku bisa bertemu dengan Tuhan, maka telah kupastikan diriku telah mengetuk pintu rumahnya. Ingin kuceritakan kisahku kepadanya lalu melayangkan protesku karena merasa hidup ini tidak adil untukku.

***

Air mata yang mengalir di kedua pipiku masih belum kering benar. Aku lelaki dan aku menangis. Memalukan memang, namun luka ini sungguh mendalam. Tak perduli orang mengatakan apa.

Jika saja yang kurasa ini bukan cinta, sungguh kuingin mengahiri semua ini. Tapi sayangnya ini cinta. Muncul dengan sendirinya. Tanpa paksaan. Sehingga susah untuk melepasnya.

Aku jadi teringat Kang Gema. Teman satu kuliahku. “Pantang Kin bagi seorang laki-laki untuk patah hati” Aku hanya tersenyum mendengarnya. Namun dalam hati aku menolak. “Siapa bilang, seperti halnya wanita maka lelakipun punya perasaan. Sekeras-kerasnya lelaki tetap saja dia bisa terkena patah hati”

Kuyakin Kang Gema. akan tertawa terbaha-bahak kalau saja kuceritakan kepada dirinya sebuah cerita tentang pria bertato si preman pasar yang akhirnya menangis tersedu-sedu karena diputuskan kekasihnya.

Jadi tidaklah mengherangkan jika aku yang bukan preman dan tak memiliki tattoo di badan ini pun menangis karena cinta. Toh kuyakin aku tetap lelaki. 100% normal

“Sudahlah Kin. Buat apa mempertahankan lagi hubungan ini. Masih banyak perempuan lain yang bisa kau dapatkan” Begitu bunyi suara yang muncul dalam kepalaku.
‘Tidak semudah itu. Aku khawatir dengan dia”
“Apalagi yang engkau khawatirkan darinya. Kuyakin dia tak pernah mengkhawatirkanmu sedikitpun. Aku bisa menjamin itu”
“Entahlah, mungkin engkau benar. Namun tetap saja aku mengkhawatirkannya. Aku khawatir jika nantinya dia mendapatkan sosok yang salah. Aku khawatir dirinya mendapatkan pria yang hanya mempermainkannya. Pria yang kadar cintanya jauh dibawahku. Aku hanya tak ingin melihatnya menderita. Aku sungguh mencintainya” Aku mencoba menjelaskan panjang lebar alasanku.
“Ahhhh… selalu itu yang engkau bilang. Cinta, cinta dan cinta. Love is bullshit kawan”

***

Aku sungguh mencintainya meski kebohongan demi kebohongan dilakukannya terhadapku. Kucoba menghadapi semuanya dengan tenang. Mencoba tetap tersenyum pada semua orang yang kutemui, pada teman dan pada dunia. Kuharap dengan pengorbanan yang kulakukan membuat hatinya luluh dan kembali mencintaiku.

Namun sungguh, hingga detik ini tak ku menemukan keluluhan hati itu. Tetap saja dilakukannya semua itu dibelakangku. Hingga akhirnya harus kusadari bahwa citanya memang telah habis untukku. Dan sebagai lelaki aku harus bersikap. Untuk itu aku harus bertemu Tuhan dulu. Mencoba meminta pendapatnya.

Karena kupilih Islam sebagai jalan menuju Tuhan, maka ku mencoba menemui Tuhanku dengan jalan Shalat. Meskipun tak melihatNya, tetap kuucapkan semua keluh kesahku padaNya. Dan seperti doa-doa pada umumnya. Tak ada jawaban yang kudapatkan secara langsung.

Hingg akhirnya pikiranku pun mengarah pada sebuah permainan. Permainan klasik yang hingga kini masih dilakukan. Mempertaruhkan nasib pada sebuah koin.

Maka dengan segera kuambil sebuah koin 500 rupiah. Setelah melaksanakan shalat, kugenggam koin tersebut lalu memohon petunjuk Tuhan serta membaca beberapa doa dan ayat yang kuketahui.

Peraturannya simpel. Jika koin bersisi 500 muncul, maka Tuhan masih menginginkan aku bersamanya. Namun jika sisi yang muncul adalah sisi dengan gambar burung garuda, maka Tuhan menginginkan aku mengakhirinya. Dan sungguh aku mengharap sisi lambang 500 itulah yang muncul. Bukan sisi yang berlambang garuda.

Sambil menutup mata kulemparkan koin itu keatas. Apapun hasilnya aku berharap itu dari Tuhan. Dan sungguh betapa menyakitkan saat menemukan sisi dengan gambar burung garuda itu mucul. Apakah ini berarti Tuhan menginginkan kami putus. Aku lemas...

Kucoba menolak hal itu. Kembali ku melakukan ritual yang sama. Dan sungguh menyesakkan dada Karena sekali lagi lambang garuda itu muncul. Kucoba melakukannya tiga kali dan dalam tiga kesempatan tersebut lambang garuda itupun muncul tiga kali pula secara berturut-turut. Kini aku betul-betul lemas.

Jika ada pesan Tuhan di koin ini. Apakah itu berarti Tuhan menginginkan kami berpisah??? Apakah Tuhan menginginkan aku mengakhiri kisah ini??? Betulkah itu Tuhan???

Aku lelaki, dan akhirnya aku harus bersikap. “Jika memang itu pesanMu Tuhan, maaf jika aku harus menolak. Sungguh aku masih mencintainya. Aku masih menyayanginya”

Lailatul Qadr

Sesungguhnya telah Kami turunkan Alquran pada Lailatul Qadar. Tahukah Engkau apa Lailatul Qadar itu? Malam itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu para malaikat dan ruh Jibril turun dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Selamatlah pada malam itu hingga fajar.” (Al Qadr 1-5)

”Bertahun-tahun sudah menjalankan puasa dan berburu Lailatul Qadr, tetapi rasanya kok belum pernah Para Malaikat itu mampir kepadaku, dan melihat keagungan malam itu”… Mungkin itu pertanyaan sering singgah pada diri kita.
Apalagi jika kita membaca tentang keajaiban tentang malam itu dari berbagai riwayat.
Ada yang melihat Ruh Mulia turun ke bumi, malam yang gelap jadi terang benderang… Ada yang melihat alam semesta seperti berhenti, tidak ada suara mahkluk, hening dan menenangkan… ada yang melihat pohon-pohon pun tertunduk seolah-olah bersujud.. Semakin kecil hati kita, karena rasanya tidak pernah kita berjumpa dengan kejadian yang luarbiasa itu.

Lailatul Qadr tidak datang begitu saja kepada orang-orang yang memburunya. Dia tidak datang kepada orang-orang yang tidak mempunyai persiapan.
Jadi bagaimana sebenarnya Lailatul Qadr itu?
Teringat aku tentang tulisan Prof. Quraish Shihab dalam Wawasan Al- Quran tentang malam mulia itu. Aku kutip tulisan tersebut di bawah ini (udah dipotong sana sini, bagi yang berminat silakan baca bukunya langsung: Wawasan Al Quran: 536-544)
Quraish Shihab menyatakan ada empat pendapat mengenai Al-Qadar.

Pertama adalah al-hukm yang berarti penetapan. Jadi malam Al-Qadar adalah malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluk selama setahun.

Kedua, adalah al-Qadar yang berarti pengaturan. Yaitu pada malam turunnya Alquran, Allah mengatur strategi untuk Muhammad. Yaitu sebuah strategi untuk memandu Muhammad mengajak umat manusia menuju jalan Allah.

Ketiga, Al-Qadar memiliki arti kemuliaan; sedangkan makna keempat adalah sempit. Sebab pada malamnya Alquran itu banyak malaikat yang turun ke bumi hingga menjadi sempit.

Menurut Prof Quraish Shihab dengan merangkum empat pendapat atau makna tersebut bahwa malam Lailatul Qadar itu merupakan malam yang mulia nan hebat.
Malam tersebut adalah malam mulia. Tidak mudah diketahui betapa besar kemuliannnya. Hal ini disyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, yaitu:

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (QS Al-Qadr [97]: 2)

Apakah bila Lailat Al-Qadar hadir, ia akan menemui setiap orang yang terjaga (tidak tidur) pada malam kehadirannya itu? Tidak sedikit umat Islam yang menduganya demikian. Namun dugaan itu menurut hemat penulis keliru, karena hal itu dapat berarti bahwa yang memperoleh keistimewaan adalah yang terjaga baik untuk menyambutnya maupun tidak. Di sisi lain berarti bahwa kehadirannya ditandai oleh hal-hal yang bersifat fisik-material, sedangkan riwayat-riwayat demikian, tidak dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Seandainya, sekali lagi seandainya, ada tanda-tanda fisik material, maka itu pun takkan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. Air dan minyak tidak mungkin akan menyatu dan bertemu. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh Lailat Al-Qadar tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi itu, walaupun setiap orang di sana mendambakannya. Bukankah ada orang yang sangat rindu atas kedatangan kekasih, namun ternyata sang kekasih tidak sudi mampir menemuinya?

Demikian juga dengan Lailat Al-Qadar. Itu sebabnya bulan Ramadhan menjadi bulan kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan penyucian jiwa, dan itu pula sebabnya sehingga ia diduga oleh Rasul datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Karena, ketika itu, diharapkan jiwa manusia yang berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya, dan itu pula sebabnya Rasul Saw. menganjurkan sekaligus mempraktekkan i’tikaf (berdiam diri dan berdzikir di masjid) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan Lailat Al-Qadar datang menemui seseorang, ketika itu, malam kehadirannya menjadi saat qadar dalam arti, saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang.
Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah saat titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dan sejak saat itu, malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbitnya fajar
kehidupannya yang baru kelak di hari kemudian. (Perhatikan kembali makna-makna Al-Qadar yang dikemukakan di atas!).

Syaikh Muhammad ‘Abduh, menjelaskan pandangan Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat dalam diri manusia. ‘Abduh memberi ilustrasi berikut:
Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, baik dan buruk. Manusia sering merasakan pertarungan antar keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak, atau yang ini berkata lakukan dan yang itu mencegah, sampai akhirnya sidang memutuskan sesuatu.

Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedang yang membisikkan keburukan adalah setan atau paling tidak, kata ‘Abduh, penyebab adanya bisikan tersebut adalah malaikat atau setan. Turunnya malaikat pada malam Lailatul Al-Qadar menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya, menjadikan yang bersangkutan akan selalu disertai oleh malaikat. Sehingga jiwanya selalu terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan, dan dia sendiri akan selalu merasakan salam (rasa aman dan damai) yang tak terbatas sampai fajar malam Lailat Al-Qadar, tapi sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari kemudian kelak.

Malam Qadar yang ditemui atau yang menemui Nabi pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Saat jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Ar-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia. Karena itu pula beliau mengajarkan kepada umatnya, dalam rangka menyambut kehadiran Lailat Al-Qadar itu, antara lain adalah melakukan i’tikaf.

Adapun menyangkut tanda alamiah, maka Al-Quran tidak menyinggungnya. Ada beberapa hadis mengingatkan hal tersebut, Muslim, Abu Daud, dan Al-Tirmidzi antara lain meriwayatkan melalui sahabat Nabi Ubay bin Ka’ab, sebagai berikut, Tanda kehadiran Lailat Al-Qadr adalah matahari pada pagi harinya (terlihat) putih tanpa sinar.
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan, Tandanya adalah langit bersih, terang bagaikan bulan sedang purnama, tenang, tidak dingin dan tidak pula panas …
Hadis ini dapat diperselisihkan kesahihannya, dan karena itu kita dapat berkata bahwa tanda yang paling jelas tentang kehadiran Lailat Al-Qadar bagi seseorang adalah kedamaian dan ketenangan. Semoga malam mulia itu berkenan mampir menemui kita. (Prof. Qurasih Shihab, dalam Wawasan Al Quran).

***

Dulu ketika kecil (masih SD) saat ramadhan memasuki malam ke-21, orang2 ramai memasang lampu minyak di depan rumahnya. Tidak hanya satu tetapi banyak, Lampu minyak di tutup kertas warna berbagai macam sehingga lampu menjadi berwarna-warni. Kadang-kadang lampu itu hanya dimasukkan ke dalam ember kecil warna-warni. Halaman rumah menjadi indah. Satu kampung atau satu kompleks perumahan menjadi indah oleh lampu minyak di depan rumah., aku pernah bertanya kepada Ayahku: “ Apa sih maksud dari memasang lampu di depan rumah Abah?” kataku. Beliau tersenyum dan menjawab setengah bergurau, “Mungkin supaya malaikat ketika turun dari langit ke bumi melihat cahaya warna-warni di depan rumah kita, sehingga mereka tidak salah ketika menemui orang-orang yang sedang berharap Lailatul Qadr itu”. Hmmm….jawaban yang menurutku waktu itu masuk akal. Rumah kami punya tanda lampu warna-warni, dan mudah2an malaikat tertarik melihat cahaya tersebut dan turun ke rumah kami..

Namun sekarang aku paham, bahwa lampu yang ditutup kertas warna-warni seakan-akan symbol:
“Bersihkan hatimu, nyalakan cahaya iman dan ihsan, nyalakan cahaya makrifat kepada ALLAH, Buang semua Tuhan selain ALLAH. Sehingga hati menjadi bersih dan suci, manakala hati kita menyala karena cahaya Iman, Malaikat Ruh suci akan melihatnya dan mereka akan mampir kepada kita pada Malam mulia itu, Lailat Al Qadr.”

Lampu juga menunjukkan bahwa seolah-olah kita mengatakan, “Kami sudah menyalakan lampu iman, maka sudilah ya Allah, Engkau kirimkan para malaikat mulia itu kepada kami di Malam Mulia ini”. Seakan symbol dari Ayat Cahaya: “ALLAH adalah Cahaya langit dan bumi. Cahaya-Nya laksana sebuah lampu di dalam ceruk. Pelita itu berada di dalam kristal, cahayanya laksana sebuah Bintang yang berkilauan. Pelita itu menyala dari minyak sebuah pohon berkah, yaitu pohon zaitun yang tidak (tumbuh) di Timur dan di Barat. Minyaknya menyala dengan sendirinya meskipun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya.” (QS: An Nur 35)

Itulah mungkin makna memasang lampu di depan rumah itu.
Jadi apakah kita akan mendapatkan Lailatul Qadr? Hanya Anda sendiri yang mengetahuinya. Itu bisa dilihat dari bagaimana hidup kita setelah Ramadhan tahun ini. Apakah akan bertambah kebaikan kita? Atau apakah bisikan BAIK di hati kita semakin kencang mengalahkan bisikan JAHAT? Ini yang menurut Muhammad Abduh menunjukkan apakah malaikat akan selalu menemani kita setiap langkah kita untuk selalu melakukan kebaikan. Atau apakah Anda tiba-tiba berani mengambil keputusan yang akan mengubah hidup Anda secara total menuju kekebaikan? Jika iya, kemungkinan besar Anda sudah mendapatkan Lailatul Qadr itu dalam Ramadhan tahun ini.

Wallahu’alam...

BELAJAR DARI Spongebob Squarepants

Tulisan ini terinspirasi dari cerita film animasi Spongebob Squarepant yang saya tonton kemarin sore. Kalau tak salah scenenya berjudul New Leaf

Apakah anda menyukai film ini?

Film ini tentunya bukan hanya sekedar film biasa. Bila disesuaikan dengan genrenya maka fokus dari film ini adalah untuk memberikan hiburan. Sedangkan menurut target marketnya maka film ini dikhususkan untuk anak anak. Benarkah demikian? Tentu saja tidak. Film ini juga bisa dinikmati oleh setiap kalangan tidak hanya anak anak tapi juga untuk para remaja bahkan orang dewasa sekalipun. hampir setiap episode/scene dari film ini tak lepas dari petuah dan nasihat nasihat, begitupulah dengan episode kali ini.

Dalam episode kali ini kita tak akan menemukan sosok spongebob sebagai seorang major character. Sponge hanya muncul beberapa kali dalam episode ini, bisa dikatakan bahwa sponge hanya minor character. Adapun focus dari episode kali ini adalah tentang Mr Crab dan musuh bebeyutanya Plankton.

Satu dasar yang menjadi perseteruan antara Crab dan Plankton adalah masalah bisnis. Dimana Crab selalu sukses dengan bisnis menjual Patty kepada penduduk Bikini Botttom. Keberhasilan Crab tak lepas dari resep yang ia gunakan. Ini membuat Plankton iri dan buta. Plankton melakukan banyak cara untuk mencuri resep patty yang konon enaknya minta ampun yang tersimpan di tangan Crab, penyamaran, dan aktifitas kriminalnya dilakukan Plankton untuk mendapatkan si resep. Kenyataan memang pahit, dari sekian percobaan yang Plankton lakukan untuk mencuri resep hanya kegagalan yang selalu ia terima. Kegagalan inilah yang membuat Plankton bosan dan berubah. Planktonpun mau belajar untuk memulai hidup baru yang tidak ada hubunganya lagi dengan masa lalunya yang kelam.

Planktonpun membuka usaha kecil yang bergerak dibidang penjualan mainan sebagai wujud nyata hidup barunya. Ia tak sama sekali peduli dengan resep. Crab yang kenal betul dengan Plankton meragukan perubahan Plankton ini, Crab menganggap ini hanyalah sebuah topeng baru dari Plankton untuk meluluhkan hatinya dan akhirnya mendapatkan resep.
Kali ini Crab benar benar salah. Plankton tidak seperti dulu lagi, bahkan saat Crab memberikan resepnya pada plankton, Plankton tetap menolaknya. Mengerti akan kesalahanya kepada mantan musuhnya, Crabpun akhirnya minta maaf. Sebagai permintaan maaf Crab, ia mengajukan persahabatan, hidup yang baru dengan Plankton dengan menghabiskan beberapa kegiatan bersama. Cerita ini diakhiri dengan scene yang indah dimana kedua mantan musuh itu duduk menghadap sunset dibumbui dengan penyerahan resep patty pada Plankton oleh Crab.

Semua orang tentunya bisa saja berubah. Tidak ada alasan yang membuat orang untuk bertahan. Masa lalu tidak serta merta membuat seseorang menjadi orang yang sama. seseorang bisa saja berubah menjadi seorang sosok yang jauh lebih baik bila ia belajar menyadari kesalahan dari masa lalunya dan mau berubah.

Kebersamaan dalam tali persahabatan lebih baik dari pada perselisihan. Perselisihan hanya membuat kita menjadi seseorang yang hanya memikirkan kemenangan bagaimanapun caranya bahkan dengan mengesampingkan perasaan orang lain. Tetapi dalam persahabatan yang tulus akan ada kebahagian yang tak ternilai harganya bahkan bila dibandingkan dengan resep patty sekalipun.

Salam sayang....

UNTUKMU PEREMPUANKU

Perempuanku..
Siapa yang bisa memilih cinta, siapa yg bisa memutuskan kapan cinta harus hadir dan kepada siapa cinta harus tumbuh? Tak ada! Sebab cinta adalah Anugerah. Rahasia-Nya yg unik dan barangkali tak selalu bisa dijelaskan..

Aku mencintaimu, perempuan. Tanpa keraguan. Dan, dgn keyakinan penuh, aku menjatuhkan pilihan..

Dan aku bukan lelaki yg gampang menentukan pilihan, atau mengubah pilihan yg telah dibuat. Aku adalah lelaki yg memilih dan sekaligus menerima resiko atas pilihan yg kubuat. Tak ada kata mundur.. Mereka bilang mustahil. Barangkali ada benarnya. Tapi, bukankah Allah adalah tempat bagi semua kemustahilan? Itulah kenapa, dalam iman yg tak seberapa, selama ini, telah kusandarkan jawaban doa pada-Nya.. Cita-cita untuk bisa menjadi tua bersamamu..

Adapun penantian panjang yg kulalui, biarlah menjadi bagian sejarah betapapun sakit dan membuatku tersiksa. Memandangmu dlm realita memang perih.. Menyikapimu dalam kesunyian dirimu. Untunglah, pada malam-malam, engkau milikku.. Meski dlm mimpi yg kata orang semu..

Aku tidak menyalahkan jika tak ada yg percaya betapa aku menyayangimu. Kesalahan mereka adalah, mengira aku sendiri. Mereka tdk memahami wajahmu yg menyapaku setiap pagi di handphoneku. Mereka tdk melihat fotomu yg terselip di memori Hp ku (Maafkan aku mengambilnya tanpa meminta. Tapi foto itu telah memberiku banyak energi). Mereka juga tdk tahu sosokmu yg terlukis di dalam hati dan tak pernah pudar, meski ratusan hari berlalu..

Perempuanku.. Kau tdk tahu betapa sulitnya utk tetap dalam ketulusan. Untuk menyimpan cinta dlm diam. Dan, melewati hari dgn rindu, cinta dan cemburu..

Semoga Allah menceritakan kisah terbaik untuk dirimu, diriku serta kita. Amin, :)