Kamis, 25 Agustus 2011

Pesan Tuhan di Sebuah Koin

Seandainya aku bisa bertemu dengan Tuhan, maka telah kupastikan diriku telah mengetuk pintu rumahnya. Ingin kuceritakan kisahku kepadanya lalu melayangkan protesku karena merasa hidup ini tidak adil untukku.

***

Air mata yang mengalir di kedua pipiku masih belum kering benar. Aku lelaki dan aku menangis. Memalukan memang, namun luka ini sungguh mendalam. Tak perduli orang mengatakan apa.

Jika saja yang kurasa ini bukan cinta, sungguh kuingin mengahiri semua ini. Tapi sayangnya ini cinta. Muncul dengan sendirinya. Tanpa paksaan. Sehingga susah untuk melepasnya.

Aku jadi teringat Kang Gema. Teman satu kuliahku. “Pantang Kin bagi seorang laki-laki untuk patah hati” Aku hanya tersenyum mendengarnya. Namun dalam hati aku menolak. “Siapa bilang, seperti halnya wanita maka lelakipun punya perasaan. Sekeras-kerasnya lelaki tetap saja dia bisa terkena patah hati”

Kuyakin Kang Gema. akan tertawa terbaha-bahak kalau saja kuceritakan kepada dirinya sebuah cerita tentang pria bertato si preman pasar yang akhirnya menangis tersedu-sedu karena diputuskan kekasihnya.

Jadi tidaklah mengherangkan jika aku yang bukan preman dan tak memiliki tattoo di badan ini pun menangis karena cinta. Toh kuyakin aku tetap lelaki. 100% normal

“Sudahlah Kin. Buat apa mempertahankan lagi hubungan ini. Masih banyak perempuan lain yang bisa kau dapatkan” Begitu bunyi suara yang muncul dalam kepalaku.
‘Tidak semudah itu. Aku khawatir dengan dia”
“Apalagi yang engkau khawatirkan darinya. Kuyakin dia tak pernah mengkhawatirkanmu sedikitpun. Aku bisa menjamin itu”
“Entahlah, mungkin engkau benar. Namun tetap saja aku mengkhawatirkannya. Aku khawatir jika nantinya dia mendapatkan sosok yang salah. Aku khawatir dirinya mendapatkan pria yang hanya mempermainkannya. Pria yang kadar cintanya jauh dibawahku. Aku hanya tak ingin melihatnya menderita. Aku sungguh mencintainya” Aku mencoba menjelaskan panjang lebar alasanku.
“Ahhhh… selalu itu yang engkau bilang. Cinta, cinta dan cinta. Love is bullshit kawan”

***

Aku sungguh mencintainya meski kebohongan demi kebohongan dilakukannya terhadapku. Kucoba menghadapi semuanya dengan tenang. Mencoba tetap tersenyum pada semua orang yang kutemui, pada teman dan pada dunia. Kuharap dengan pengorbanan yang kulakukan membuat hatinya luluh dan kembali mencintaiku.

Namun sungguh, hingga detik ini tak ku menemukan keluluhan hati itu. Tetap saja dilakukannya semua itu dibelakangku. Hingga akhirnya harus kusadari bahwa citanya memang telah habis untukku. Dan sebagai lelaki aku harus bersikap. Untuk itu aku harus bertemu Tuhan dulu. Mencoba meminta pendapatnya.

Karena kupilih Islam sebagai jalan menuju Tuhan, maka ku mencoba menemui Tuhanku dengan jalan Shalat. Meskipun tak melihatNya, tetap kuucapkan semua keluh kesahku padaNya. Dan seperti doa-doa pada umumnya. Tak ada jawaban yang kudapatkan secara langsung.

Hingg akhirnya pikiranku pun mengarah pada sebuah permainan. Permainan klasik yang hingga kini masih dilakukan. Mempertaruhkan nasib pada sebuah koin.

Maka dengan segera kuambil sebuah koin 500 rupiah. Setelah melaksanakan shalat, kugenggam koin tersebut lalu memohon petunjuk Tuhan serta membaca beberapa doa dan ayat yang kuketahui.

Peraturannya simpel. Jika koin bersisi 500 muncul, maka Tuhan masih menginginkan aku bersamanya. Namun jika sisi yang muncul adalah sisi dengan gambar burung garuda, maka Tuhan menginginkan aku mengakhirinya. Dan sungguh aku mengharap sisi lambang 500 itulah yang muncul. Bukan sisi yang berlambang garuda.

Sambil menutup mata kulemparkan koin itu keatas. Apapun hasilnya aku berharap itu dari Tuhan. Dan sungguh betapa menyakitkan saat menemukan sisi dengan gambar burung garuda itu mucul. Apakah ini berarti Tuhan menginginkan kami putus. Aku lemas...

Kucoba menolak hal itu. Kembali ku melakukan ritual yang sama. Dan sungguh menyesakkan dada Karena sekali lagi lambang garuda itu muncul. Kucoba melakukannya tiga kali dan dalam tiga kesempatan tersebut lambang garuda itupun muncul tiga kali pula secara berturut-turut. Kini aku betul-betul lemas.

Jika ada pesan Tuhan di koin ini. Apakah itu berarti Tuhan menginginkan kami berpisah??? Apakah Tuhan menginginkan aku mengakhiri kisah ini??? Betulkah itu Tuhan???

Aku lelaki, dan akhirnya aku harus bersikap. “Jika memang itu pesanMu Tuhan, maaf jika aku harus menolak. Sungguh aku masih mencintainya. Aku masih menyayanginya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar