Jumat, 09 Juli 2010

KENAPA MAKING LOVE ITU ENAK BANGET

Mari kita telusuri logika ini, dari pembicaraan anak ma bapak berikut ini:

Anak : “Pak, Kenapa sih making love itu enak banget (katanya – red)..??”
Bapak : “Wah, itu kayak sensasi waktu kamu ngupil pake jari kamu, Nak..”
Anak : “Trus, kenapa cewek lebih menikmatinya, Pak..??”
Bapak : “Karena waktu kamu ngupil, yang kerasa paling enak khan hidung kamu dan bukan jari amu..”
Anak : “Terus, kenapa cewek benci banget amit-amit jabang bayi kalo mereka diperkosa..??”
Bapak : “Seperti kalo kamu di jalan ketemu orang asing, trus orang asing itu pengen ngupilin hidung kamu pake jarinya dia… ngeselin khan..??”
Anak : “Kenapa cewek nggak bisa / nggak mau gituan waktu mereka lagi datang bulan..??”
Bapak : “Kalo hidung kamu berdarah, kamu masih pengen terus ngupil..??”
Anak : “Katanya, semakin banyak sperma laki-laki yang keluar waktu orgasme, semakin besar kenikmatannya… Bener nggak sih, Pak..??”
Bapak : “Semakin besar upil yang kamu dapet waktu ngorek, semakin puas nggak kamu..??”
Anak : “Kenapa cowok nggak suka pake kondom waktu mereka making love..??”
Bapak : “Kamu suka nggak ngupil pake sarung tangan..??”
Anak : “Wahhh Bapak pinter banget deh… hehehe…”

Kesimpulan :
Buat yang pengen ML tapi ga ada penyaluran mending ngupil aja deh…!!!
Hihihihihihihihiiii….
Xoxoxo....
enak banget khan..????

RENUNGAN KLOSET JILID IV

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat, Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat...

Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya...
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya dan bersinar indah di syurga sana..?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam

Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya...
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan, Menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak..?
Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai menatap neraka jahanam...
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan..?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini...?

Tatkala kutatap mulut...
Apakah mulut ini yang akan mendesah penuh kerinduan, Mengucap "laa ilaaha ilallah" saat malaikat maut datang menjemput..?
Ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur, dgn lengking jeritan pilu, Apakah gerangan yg engkau ucapkan wahai mulut yg malang..?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan..?
Berapa banyak hati-hati yang remuk dgn pisau kata-katamu yg mengiris tajam..?
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yg palsu yg engkau ucapkan utk menipu..?

Tatkala kutatap dada...
Seperti apa gerangan hatimu, Apakah hatimu sebagus kata-katamu
Atau sekotor daki-daki yang melekat ditubuhmu..?
Apakah hatimu seindah penampilanmu
Atau sebusuk kotoran-kotoranmu

Betapa beda... betapa beda... apa yang tampak dicermin dengan apa yg tersembunyi...
Betapa beda…
Aku telah tertipu oleh topeng, aku tertipu oleh topeng
Betapa yg kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah topeng belaka
Betapa pujian yg terhambur hanyalah memuji topeng
Sedangkan aku...
hanyalah seonggok sampah busuk yg terbungkus
Aku tertipu, aku malu...
Ya Allah.... Ampuni aku...

JANGAN TANGISI APA YG BUKAN MILIKMU

Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria. Puuuuffhh.... sungguh semua itu tlah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa.

Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain.

Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikaNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid ;22-23)

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh.Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita, bukanya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah. harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan pakas. Dan akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkanya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :

“.. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 216)

Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak...!

Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu...!

SEMOGA BERMANFAAT

Sabtu, 03 Juli 2010

MENCOBA MENGELOLA KOBOSANAN

Apa kabar Anda, sahabat..? Semoga engkau tetap sehat selalu dan dalam lindungan-Nya sepanjang masa...

Saya ingin bertanya padamu sobat, bagaimana cara Anda mengelola rasa bosan..? Saya ingin berbagi denganmu.. Barangkali sobat bisa berikan masukan yang produktif untukku...

Sebab terus terang saya termasuk orang yang cepat bosan dengan sebuah pekerjaan dan keadaan. Padahal saya bosan atau tidak waktu tetap berlalu...

Saya kira tidak masalah dengan boring, bete, bosan atau apapun namanya. Sebab memang itu adalah sebuah sifat manusiawi yang harus ada. Yang paling penting sesungguhnya adalah bagaimana mengubah kebosanan menjadi sebuah produktifitas yang tinggi. Karena saat kita bosan melakukan satu hal, maka saat itu juga kita berpotensi untuk mengerjakan pekerjaan lain dengan sangat baik. Jadi bosan bukan tembok sebuah jalan buntu, bukan akhir dar sebuah gerak yang berkesinambungan. Sesungguhnya ia merupakan isyarat telah tiba saatnya beralih kepada pekerjaan produktif lainnya. Istirahat dari sebuah gerak kehidupan bukan berarti berhenti dan tak berkutik lagi sama sekali. Sebab itu namanya mati. Istirahat sebuah pekerjaan adalah dengan beralih mengerjakan pekerjaan yang berat ke pekerjaan-pekerjaan yang ringan. Tanpa berhenti bergerak. Saya ingin seperti itu.

Saya ingin belajar mencontoh Ibnu Aqil, seorang ulama kenamaan islam. Beliau adalah seorang yang tak pernah diam untuk berproduksi ilmu dan amal. Ketika beliau lelah membaca, maka beliau menulis. Ketika lelah menulis, maka beliau memanfaatkan waktu untuk mengulangi hapalannya. Saat beliau lelah dari ketiga hal itu, beliau diam sambil terus berfikir dan merenung. Jadi tidak ada waktu untuk sia-sia. Saya dengar, salah satu rahasia produktifitas tokoh-tokoh besar juga seperti itu. Mereka selalu memanfaatkan waktunya dengan baik untuk beralih dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya.

Apalagi otak kita ini telah dirancang untuk menampung berbagai macam bahan pelajaran. Di dalam otak ini, seperti kata Anis Matta dalam Model Manusia Muslim Modern, sudah ada ruang untuk sejarah, ruang untuk fisika, ruang untuk hukum, ruang untuk sastra, ruang untuk biologi, ruang untuk fiqh, nahwu, sharaf, mantiq, hadits dan berbagai ilmu lainnya. Ketika ruang ini tidak kita isi, maka semakin lama semakin lemah dan membutuhkan waktu untuk kembali memfungsikannya. Dan ketika sebuah ruang sudah capek, lelah atau bosan, maka ruang lainnya dalam keadaan on untuk diisi. Artinya, ketika lelah baca fiqh, maka beralih baca sejarah, ketika bete baca sejarah, baca sastra, dan seterusnya. Bacanya bisa di buku, internet, koran, majalah, atau berbagai sarana lainnya. Masukkan saja, nanti otak yang akan otomatis mengklasifikasikannya dan menyambungkannya ketika perlu. Sebab sistem otak lebih canggih dari jaringan telpon dan komputer yang ada di dunia.

Maka tidak heran bila ulama muslim terdahulu adalah orang yang menguasai hampir semua bidang ilmu. Sebutlah diantara mereka Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd dan Abu bakar Ar-Razi. Kehidupan mereka beralih dari ilmu ke ilmu, dari produktif ke produktif. Lihatlah kehidupan Imam Nawawi rh. Dalam sehari, beliau sanggup untuk belajar dan talaqqi ke dua belas guru dengan dua belas mata pelajaran yang berbeda. Dan jadilah beliau menjadi salah seorang yang terproduktif dalam sejarah dengan karya-karyanya yang sangat banyak dan dihasilkan dalam usia hidup yang amat singkat.

Bukan hanya belajar saja, tapi juga dengan mengerjakan pekerjaan lain yang bermanfaat. Menyampul buku misalnya, tilawah, nyuci pakaian, silaturrahmi dan main ke rumah teman, mengatur barang-barang di rumah, dan lainnya. Enaknya memang punya daftar kegiatan sampingan yang bisa kita lakukan ketika bosan itu tiba. Kalau saya biasanya menuliskannya di Hape.

Bagaimana dengan istirahat dan tidur..? Itu tetap perlu untuk mengendapkan informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Refrreshing dan hiburan penting juga asalkan dia bermanfaat, bernilai dan berharga. Hingga kini saya juga masih terus belajar untuk mengelola kebosanan ini.

How about you, friend? :-)