Sabtu, 03 Juli 2010

MENCOBA MENGELOLA KOBOSANAN

Apa kabar Anda, sahabat..? Semoga engkau tetap sehat selalu dan dalam lindungan-Nya sepanjang masa...

Saya ingin bertanya padamu sobat, bagaimana cara Anda mengelola rasa bosan..? Saya ingin berbagi denganmu.. Barangkali sobat bisa berikan masukan yang produktif untukku...

Sebab terus terang saya termasuk orang yang cepat bosan dengan sebuah pekerjaan dan keadaan. Padahal saya bosan atau tidak waktu tetap berlalu...

Saya kira tidak masalah dengan boring, bete, bosan atau apapun namanya. Sebab memang itu adalah sebuah sifat manusiawi yang harus ada. Yang paling penting sesungguhnya adalah bagaimana mengubah kebosanan menjadi sebuah produktifitas yang tinggi. Karena saat kita bosan melakukan satu hal, maka saat itu juga kita berpotensi untuk mengerjakan pekerjaan lain dengan sangat baik. Jadi bosan bukan tembok sebuah jalan buntu, bukan akhir dar sebuah gerak yang berkesinambungan. Sesungguhnya ia merupakan isyarat telah tiba saatnya beralih kepada pekerjaan produktif lainnya. Istirahat dari sebuah gerak kehidupan bukan berarti berhenti dan tak berkutik lagi sama sekali. Sebab itu namanya mati. Istirahat sebuah pekerjaan adalah dengan beralih mengerjakan pekerjaan yang berat ke pekerjaan-pekerjaan yang ringan. Tanpa berhenti bergerak. Saya ingin seperti itu.

Saya ingin belajar mencontoh Ibnu Aqil, seorang ulama kenamaan islam. Beliau adalah seorang yang tak pernah diam untuk berproduksi ilmu dan amal. Ketika beliau lelah membaca, maka beliau menulis. Ketika lelah menulis, maka beliau memanfaatkan waktu untuk mengulangi hapalannya. Saat beliau lelah dari ketiga hal itu, beliau diam sambil terus berfikir dan merenung. Jadi tidak ada waktu untuk sia-sia. Saya dengar, salah satu rahasia produktifitas tokoh-tokoh besar juga seperti itu. Mereka selalu memanfaatkan waktunya dengan baik untuk beralih dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya.

Apalagi otak kita ini telah dirancang untuk menampung berbagai macam bahan pelajaran. Di dalam otak ini, seperti kata Anis Matta dalam Model Manusia Muslim Modern, sudah ada ruang untuk sejarah, ruang untuk fisika, ruang untuk hukum, ruang untuk sastra, ruang untuk biologi, ruang untuk fiqh, nahwu, sharaf, mantiq, hadits dan berbagai ilmu lainnya. Ketika ruang ini tidak kita isi, maka semakin lama semakin lemah dan membutuhkan waktu untuk kembali memfungsikannya. Dan ketika sebuah ruang sudah capek, lelah atau bosan, maka ruang lainnya dalam keadaan on untuk diisi. Artinya, ketika lelah baca fiqh, maka beralih baca sejarah, ketika bete baca sejarah, baca sastra, dan seterusnya. Bacanya bisa di buku, internet, koran, majalah, atau berbagai sarana lainnya. Masukkan saja, nanti otak yang akan otomatis mengklasifikasikannya dan menyambungkannya ketika perlu. Sebab sistem otak lebih canggih dari jaringan telpon dan komputer yang ada di dunia.

Maka tidak heran bila ulama muslim terdahulu adalah orang yang menguasai hampir semua bidang ilmu. Sebutlah diantara mereka Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd dan Abu bakar Ar-Razi. Kehidupan mereka beralih dari ilmu ke ilmu, dari produktif ke produktif. Lihatlah kehidupan Imam Nawawi rh. Dalam sehari, beliau sanggup untuk belajar dan talaqqi ke dua belas guru dengan dua belas mata pelajaran yang berbeda. Dan jadilah beliau menjadi salah seorang yang terproduktif dalam sejarah dengan karya-karyanya yang sangat banyak dan dihasilkan dalam usia hidup yang amat singkat.

Bukan hanya belajar saja, tapi juga dengan mengerjakan pekerjaan lain yang bermanfaat. Menyampul buku misalnya, tilawah, nyuci pakaian, silaturrahmi dan main ke rumah teman, mengatur barang-barang di rumah, dan lainnya. Enaknya memang punya daftar kegiatan sampingan yang bisa kita lakukan ketika bosan itu tiba. Kalau saya biasanya menuliskannya di Hape.

Bagaimana dengan istirahat dan tidur..? Itu tetap perlu untuk mengendapkan informasi yang telah didapatkan sebelumnya. Refrreshing dan hiburan penting juga asalkan dia bermanfaat, bernilai dan berharga. Hingga kini saya juga masih terus belajar untuk mengelola kebosanan ini.

How about you, friend? :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar