Kamis, 27 Mei 2010

The Simple Mirror For a Real Wife : Puisi BJ HABIBIE untuk Ibu Ainun Habibie

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu...

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan, calon bidadari surgaku ....

BJ.HABIBIE

Sabtu, 22 Mei 2010

PRIBAI TO DO, TO HAVE ATAU TO BE...???

“Kegembiraan terbesar dalam hidup adalah keyakinan bahwa kita dicintai. Oleh karenanya, kita membagikan cinta bagi orang lain.” (Victor Hugo)

Tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Ia terus maju. Umur terus bertambah. Manusia pun mengalami babak-babak dalam hidupnya. Saat masuk fase dewasa, orang memasuki tiga tahapan kehidupan.

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

FASE PERTAMA, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Nah, kebanyakan dari kita, merasa sudah bekerja banyak. Tapi, ternyata tidak produktif. Seorang kolega memutuskan keluar dari perusahaan. Ia mau membangun bisnis sendiri. Dengan gembira, ia mempromosikan bisnisnya. Kartu nama dan brosur disebar. Ia bertingkah sebagai orang sibuk.

Tapi, dua tahun berlalu, tapi bisnisnya belum menghasilkan apa-apa. Tentu, kondisi ini sangat memprihatinkan. Jay Abraham, pakar motivasi bidang keuangan dan marketing pernah berujar, “Banyak orang mengatakan berbisnis. Tapi, tidak ada hasil apa pun. Itu bukanlah bisnis.” Marilah kita menengok hidup kita sendiri. Apakah kita hanya sibuk dan bekerja giat, tapi tanpa sadar kita tidak menghasilkan apa-apa?

FASE KEDUA, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. “Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya…,” katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

FASE KETIGA, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup
Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan “Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?”

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

SEMOGA BERMANFAAT...
"DIHIMPUN DARI BERBAGAI SUMBER"

Selasa, 18 Mei 2010

KATA HATI

“satu goresan kebaikan telah kutambahkan dalam catatan amalnya”, berkatalah tangan suatu hari.

“aku juga.. aku juga...”, seru si mungil lidah tak mau ketinggalan.

“kalian ingat? aku pun menambah panjang catatan kebaikannya...”, telinga tak kalah lantang bersuara.

“hei.. kalian melupakanku ya..? tanpa aku, kalian tak akan mencatatkan amal kebaikan...”, protes sepasang kaki.

“tanpa aku pun, kau hanya akan berjalan tak tahu arah wahai kaki...”, mata tak kalah sengit membalas protes kaki.

saat itu sepintas seperti ada satu tangis lirih.. disela percakapan mereka... nyaris tak terdengar mulanya... lama... semakin keras... semakin deras...

hal itu sungguh mengusik tangan, lidah, telinga, kaki, dan mata sampai akhirnya mereka pun menyadari ada yang tertinggal...

“duhai hati, mengapa engkau menangis..?”, tanya mata penuh kasih sayang...

si lembut hati, bukannya diam, tangisnya pecah dan malah bertambah kencang... ia ingin menumpahkan kegelisahannya... ia ungkapkan semua resahnya...

“hal apakah yang merisaukanmu wahai hati yang lembut..?”, lidah berupaya membujuk hati.

“aku... aku... aku takut catatan amal kalian tak bernilai apa2 tanpaku...”, tersendat hati menceritakan galaunya...

“aku takut sekali.. aku merasa tangan tak pernah mengajakku ikut serta saat melakukan kebaikan.. aku merasa lidah pun tak mengajakku saat menyampaikan kebenaran...
aku merasa telinga tak mengajakku saat tekun mendengarkan kajian...
aku pun tak merasa diajak kaki melangkah mencari kebaikan.. seperti yang lain, aku pun tidak diajak mata saat menjaga pandangan...
duhai kalian yang sedang meributkan catatan amal, apalah arti tumpukan pengakuan kalian jika tidak menyertakanku di dalamnya? tanpa aku dan keikhlasan, kalian tak ada artinya kecuali kesia-siaan...”

Senin, 17 Mei 2010

COME TO PRAY

*Hari ini, buka laptop…iseng-iseng buka-buka file, gak taunya ada folder file yg isinya dari MP3 Ceramah ust. Yusuf Mansur yg ku beli di pinggir jalan setahun yang lalu, yg harganya goceng :) Sambil ngerjain layout kerjaan percetakan, terbesit udah lama gak nyetel ceramah di laptop...

*****************************************

Kalau kita sakit, kemana kita melangkah??? Ke dokter (berobat).
Sampai ke dokter, tuh dokter gak taunya malah bertanya pada kita...
Apa pertanyaannya??? Sakitnya apa???
Berarti kita datang ama yang gak tau, buktinya dia masih nanya ama kita...

Kalau kita punya motor, mobil rusak, kemana kita akan datang ???
Ke bengkel,
Sampai bengkel, tuh bengkel malah bertanya...
Apa pertanyaannya??
Apanya yang rusak ???
Setelah kita cerita, baru dia bekerja...

Kalau kita lapar, apa yang kita cari???
Pasti makanan.
Ketika haus, apa yang kita cari??
Minuman...

Hmmm….nanya melulu,
Oke ! Pertanyaan terakhir, ketika ban motor/mobil kita bocor, kempes Psssstttt...
siapa yg kita datangi???
Tukang tambal ban !!

Begitu kenalnya kita dengan tukang tambal ban, begitu kita punya masalah yang berkaitan dengan dia, kita langsung Connect ke dia !
Apa tuh artinya buat kita….????

PIKIRKAN...

Berarti jika kita punya masalah, kita punya keinginan, kita gak ‘datang’ kepada Alloh... Tandanya kita gak mengenal Alloh sebaik mengenal dokter ketika kita sakit...
Tidak mengenal Alloh, sebaik kita mengenal bengkel untuk motor/mobil kita yang rusak
Tidak mengenal Alloh, sebaik kita mengenal makanan ketika kita lapar... minuman ketika kita haus...
Dan konyolnya...
Tidak mengenal Alloh, sebaik kita mengenal tukang tambal ban, buat ban kita yg kempes/bocor...

Padahal kalau kita datang kepada Alloh, ketika kita punya permasalahan dalam hidup, kegelisahan, keinginan... Alloh tidak perlu bertanya pada kita... Karena DIA yang mahatahu apa yang terbaik buat kita...

Kenapa dokter, bengkel masih perlu bertanya pada kita, ketika kita datang padanya???
Karena dokter, menganggap kita yang punya badan, bengkel menganggap kita yang punya motor... Sehingga menganggap kita yang lebih tau, tentang penyakit badan kita, penyakit kendaraan kita...

TAPI Alloh, DIA gak perlu bertanya, karena DIA lebih tahu keadaan kita...

Apa saja yang Alloh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Alloh maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana...

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu. Adakah pencipta selain Alloh yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi??? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling ???
(Faathir ayat 2–3)

Siapa yang punya kesulitan, kegelisahan, masalah…keinginan... Datanglah padaNYA, mintalah sesuka hati... jika dari yang TIDAK ADA menjadi ADA, Alloh sanggup menciptakannya, lalu hanya mengubahnya saja Alloh tidak bisa???

Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu... Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup... Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”
(Ali imron ayat 26-27)

*************

kadang ketika manusia di timpa kesusahan. ia baru kembali (mengingat) Alloh…
maka wajar saja, jika Alloh selalu menjadikan manusia susah, agar manusia selalu ingat padaNya... tapi apa salah, ketika manusia di timpa kesusahan dia baru mengingat Alloh??? tidak ada yang salah, tapi hanya saja seperti tidak ada etika...

“Ingatlah Alloh di waktu senang maka DIA akan mengingatmu di waktu susah”

"semoga bermanfa'at"

Rabu, 12 Mei 2010

MERUBAH DAHULU DIRI SENDIRI

Kadang kita ingin segala sesuatu berjalan dengan baik. Kita berharap orang lain, lingkungan, dan peristiwa sesuai dengan keinginan kita. Kita mengharapkan perubahan terjadi pada dunia luar selain diri sendiri. Padahal itu tidak akan pernah bisa, seperti berharap pepesan kosong...

Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Segala sesuatu akan baik bukan dengan mengubah dunia luar kita, tetapi justru dengan mengubah hati kita terlebih dahulu. Sukses, gagal, atau keadaan apapun yang ada di sekitar kita adalah cerminan dari hati kita. Jika kita ingin mengubah apa yang ada di luar diri kita, pertama-tama kita harus mengubah apa yang ada di dalam diri kita...

Mulailah mengubah hati kita, menjadi hati yang hanya berharap kepada Allah. Niatkan apa yang kita inginkan dan panjatkan do’a dari hati. Seperti disebutkan dalam berbagai hadits, kita akan mendapatkan sesuai dengan yang kita niatkan dan do’a kita akan dikabulkan jika kita yakin dengan do’a kita dan Keyakinan ini berbada di dalam hati...

“setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya“. (HR Bukhari Muslim)

Apabila kamu berdo’a janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.” Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadikan hati kita menjadi hati yang penuh dengan syukur. Secara logika, bagaimana kita bisa mendapatkan hal yang baru jika kita tidak bisa menerima hal yang lama. Nikmati apa yang sudah kita miliki, niscaya nikmat-nikmat lain akan mengikuti...

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim:7)

Jika kita berharap orang lain, lingkungan, dan peristiwa berubah sesuai dengan keinginan kita, kita akan lelah tanpa hasil. Ciri orang yang seperti ini adalah orang yang biasa atau selalu mengatakan “Seandainya…”. Sebagai contoh, “Seandainya peluang itu datang ke hadapan ku”. “Seandainya atasan saya mengerti.”

Lupakan kata-kata seandainya. Mulailah untuk menata hati, mulailah mengubah hati maka semua yang ada di luar diri kita akan berubah. Jangan menghabiskan waktu untuk berharap orang lain memberi kesempatan. Carilah kesempatan sendiri. Jangan berharap orang lain selalu mengerti diri kita, mulailah kita untuk mengerti orang lain...

"SEMOGA BERMANFA'AT"

Sabtu, 08 Mei 2010

KISAH RAJA DAN EMPAT ISTRINYA

Dahulu kala… Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri.

Raja ini sangat mencintai isteri ke empat dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri ke empat.

Dia juga sangat memuja isteri ke tiga dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ke tiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri ke dua. Karena isterinya yang ke dua ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua ini karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.

Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isteri pertama itu.

Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat.

Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir, ?? Saat ini aku memiliki 4 isteri di sampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri??.

Lalu, bertanyalah ia pada isteri ke empat ??Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku??? “Tidak akan!” balas si isteri ke empat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.

Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ke tiganya,?Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku???

“Tidak!” sahut sang isteri. “Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!”

Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri ke dua, Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus di sampingku??

“Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!” jawab isteri ke duanya. “Yang bisa aku lakukan,hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu.”

Lagi-lagi, jawaban si isteri ke dua bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya.

Tiba-tiba, sebuah suara berkata: “Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi.” Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi. Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, “Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku masih punya banyak kesempatan!”

------------------------------------------------

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai 4 isteri dalam hidup kita….

Isteri ke empat kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk tubuh kita.
Kemudian Isteri ke tiga kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita. Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.
Sedangkan isteri ke dua kita adalah keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.
Dan akhirnya isteri pertama kita adalah jiwa, roh, iman kita, yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu. Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.

Jadi perhatikan, tanamkan dan simpan baik-baik dalam hatimu sekarang! Hanya inilah hal terbaik yang bisa kau tunjukkan pada dunia. Let it Shine!

"dari cerita dr sudharmono"