Rabu, 01 Juni 2011

BUNGAKU MEKAR PAGI INI

Semburat cahaya merah di ufuk timur, adalah sapaan Sang Mentari kepada alam semesta. Seakan-akan Dia mengucapkan assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh, salam sejahtera disertai rahmat dan barokah dari Allah untuk kalian penghuni alam semesta. Lagi-lagi sebuah ungkapan kasih sayang, ungkapan cinta kasih dari Sang Maha Pengasih. Dan mahlukNya pun menikmati cinta kasihNya yang sempurna dengan caranya masing-masing.

Aku mencoba untuk menikmati cinta kasihNya, ketika tirai jendela rumah aku buka, pintu-pintu kubuka, dan aku biarkan semilir angin pagi menerabas masuk ke rumahku. Sejuk yang alami. Kesejukan IlLahi yang tidak akan menyebabkan kerusukan ozon. Bahkan kesejukan yang menenteramkan.

Aku tebarkan pandanganku ke halaman rumahku yang tidak seberapa luas. Mataku tertumbuk pada sekuntum bunga yang mekar. Aku tidak tahu nama bunga itu. Tetapi yang jelas, bunga itu mekar pagi ini. Rasanya, semalam ketika aku pulang dari Badminton, aku belum melihat bunga itu mekar. Tetapi pagi ini, ia sudah mekar. Pagi ini, ia sudah mendapat sapaan dari Sang Mentari yang hangat.

Semua ada masanya. Semua melalui proses penciptaan. Bunga yang mekar pagi ini, bukan mekar begitu saja. Tetapi sebelumnya ia telah melalui proses, dari kuntum yang tertutup kelopak, kini kelopaknya telah terbuka, sehingga keindahan dan harum bunga itu menyebar dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Sebentar lagi, mungkin akan ada kumbang yang terbang mengisap sarinya untuk disimpan menjadi madu. Dari bunga pilihan, akan dihasilkan madu yang menyehatkan siapa pun yang meminumnya.

Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan adalah baik dan bermanfaat, tidak saja untuk manusia, tetapi untuk semua mahlukNya. Kemudaratan itu ternyata datangnya dari manusia yang tidak mampu melaksanakan fungsi kekhalifahannya.

Pagi ini, Tuhan mengajari aku tentang penciptaan, tentang firmanNya : kun, jadilah. Tetapi, dengan menyaksikan bunga yang mekar pagi ini, seakan aku diberitahu, meski Aku tinggal menyatakan kun, tetapi semuanya berproses, atau melalui proses sampai saatnya bunga itu mekar. Dia tidak mekar begitu saja, walaupun Tuhan mampu melakukanNya, tetapi karena Dia adalah Sang Maha Pendidik, maka Dia menjadikan kun sebagai cara atau metode untuk mendidik hambaNya yang bernama manusia, bahwa untuk mencapai sesuatu, ada proses yang harus dilalui.

Tetapi, manusia sering tidak menyadari. Padahal proses penciptaannya sendiri pun berasal dari kun. Ketika Tuhan berfirman kun, muncullah hasrat lelaki melihat kecantikan perempuan. Si lelaki pun mencumbu membangkitkan hasrat si perempuan. Lalu ketika terjadi coitus, menyembur sperma, dan hanya yang terpilih yang kemudian membuahi untuk selanjutnya berproses menjadi segumpal daging dan seterusnya sampai sempurnalah bentuk jasad. Tidak berhenti sampai di situ, ia terus menerus berproses sampai saat kematiannya nanti.

Begitu juga mahlukNya yang lain. Di kalangan binatang, ketika Tuhan berfirman kun, maka ketika itulah ada musim kawin bagi masing-masing jenis binatang. Semuanya ada masanya, semuanya ada prosesnya, dan semua itu di bawah komanda Tuhan. Ketika Dia berfirman kun lalu semuanya berjalan menurut sunnahNya. Tidak ada yang dapat mengelak dari kun, karena apa yang dikehendaki olehNya,fa yakun, maka jadilah menurut kehendakNya.

Menyaksikan bunga mekar, melihat fenomena alam yang terjadi berulang-ulang, rasanya aku diberitahu oleh Tuhan dengan firmanNya : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik dari KitabNya yang serupa lagi berulang-ulang.”(QS 39:23). Ayat-ayat itu tidak pernah berubah. Tetapi, ayat-ayat dan perkataan yang baik itu tidak akan pernah menyentuh kalbu manusia yang pikirannya hanya tertuju kepada semata-mata tulisan dalam mushaf. Begitu juga, manusia yang menganggap bahwa fenomena alam itu adalah sebuah rutinitas belaka. Mereka belum mampu atau bahkan tidak mampu membaca firmanNya yang tergelar di alam semesta.

“ Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.” (QS 32:15 ).

Mahasuci Engkau Ya Tuhan, yang senantiasa membacakan ayat-ayatMu kepada alam semesta. Ketika matahari bersinar, ketika burung berkicau, ketika ayam jantan berkokok, ketika bunga mekar, ketika sejuk hawa gunung bertiup pelahan, ketika itu sebenarnya Engkau sedang membacakan ayat-ayatMu. Hanya orang yang benar-benar percaya dan rendah hati, tawadlu dan tidak sombong saja yang akan segera bersujud, bersyukur memuji Tuhannya...