Selasa, 18 Mei 2010

KATA HATI

“satu goresan kebaikan telah kutambahkan dalam catatan amalnya”, berkatalah tangan suatu hari.

“aku juga.. aku juga...”, seru si mungil lidah tak mau ketinggalan.

“kalian ingat? aku pun menambah panjang catatan kebaikannya...”, telinga tak kalah lantang bersuara.

“hei.. kalian melupakanku ya..? tanpa aku, kalian tak akan mencatatkan amal kebaikan...”, protes sepasang kaki.

“tanpa aku pun, kau hanya akan berjalan tak tahu arah wahai kaki...”, mata tak kalah sengit membalas protes kaki.

saat itu sepintas seperti ada satu tangis lirih.. disela percakapan mereka... nyaris tak terdengar mulanya... lama... semakin keras... semakin deras...

hal itu sungguh mengusik tangan, lidah, telinga, kaki, dan mata sampai akhirnya mereka pun menyadari ada yang tertinggal...

“duhai hati, mengapa engkau menangis..?”, tanya mata penuh kasih sayang...

si lembut hati, bukannya diam, tangisnya pecah dan malah bertambah kencang... ia ingin menumpahkan kegelisahannya... ia ungkapkan semua resahnya...

“hal apakah yang merisaukanmu wahai hati yang lembut..?”, lidah berupaya membujuk hati.

“aku... aku... aku takut catatan amal kalian tak bernilai apa2 tanpaku...”, tersendat hati menceritakan galaunya...

“aku takut sekali.. aku merasa tangan tak pernah mengajakku ikut serta saat melakukan kebaikan.. aku merasa lidah pun tak mengajakku saat menyampaikan kebenaran...
aku merasa telinga tak mengajakku saat tekun mendengarkan kajian...
aku pun tak merasa diajak kaki melangkah mencari kebaikan.. seperti yang lain, aku pun tidak diajak mata saat menjaga pandangan...
duhai kalian yang sedang meributkan catatan amal, apalah arti tumpukan pengakuan kalian jika tidak menyertakanku di dalamnya? tanpa aku dan keikhlasan, kalian tak ada artinya kecuali kesia-siaan...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar