Jumat, 09 April 2010

MENANGIS

Menangis adalah aktifitas fisik manusia. Bahkan sebelum dapat melakukan apa-apa, manusia sudah pandai menangis. Sebaliknya, aku belum pernah tahu ada makhluk lain yang bisa menangis. Menangis adalah akibat. Bukan sebab. Orang yang terlalu sedih akan menangis. Terlalu bahagia juga bisa menangis. Bayi yang ngompol akan menangis. Anak kecil diganggu temannya juga akan menangis. Seorang remaja putus cinta akan menangis. Seorang guru yang menghadapi murid yang sebegitu bebalnya, mungkin juga menangis. Orang tua yang ditinggal mati orang-orang terdekatnya juga akan menangis. Menangis adalah aktifitas semua manusia dan semua umur. Cuma, semakin berumur seseorang, semakin jarang ia menangis. Setelah mati, ia akan berhenti menangis. Kalau ada menangis dalam kubur, itu bohong. Kalau pun tidak bohong, itu menangis yang berbeda dengan apa yang sedang kita bahas

Menangis tidaklah identik dengan air mata, walaupun biasanya begitu. Ada orang yang bisa menangis tanpa mengeluarkan air mata, bahkan ada yang sanggup menangis didalam hati saja. Yang seperti ini tentulah kepandaian menangisnya sudah sangat tinggi, sehingga orang lain tidak tahu apakah ia menangis atau tidak. Pada tingkatan yang paling pandai (ini hanya dilakukan oleh para guru besar ilmu menangis) sesorang sudah dapat menangis sambil tersenyum, luar biasa!

Pun sebaliknya, mengeluarkan air mata belum tentu berarti menangis. Tertawa terbahak-bahak juga bisa mengakibatkan air mata keluar. Terlalu dekat dan lama menatap layar monitor juga bisa mengakibatkan mata terasa perih dan berair.

Kita teruskan dengan plus minusnya menangis.

Menangis adalah salah satu jalan keluar. Bila suatu masalah tidak ada jalan keluarnya lagi, biasanya orang akan menangis. Menangis seolah menjadi pintu kecil yang tersedia untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada. Menangis juga merupakan sarana komunikasi. Dalam keadaan normal, kita biasanya tahu kalau seseorang menangis, berarti ia sedang tidak gembira. Jadi, kalau bisa jangan minjam duit dulu padanya (maaf atas pangajuan saran yang menyimpang terlalu jauh ini). Setelah menangis, biasanya orang akan merasa sedikit lega. Ada sedikit beban yang bisa dilepaskan. Setelah menangis dan menarik nafas panjang, biasanya orang bisa mulai berbenah kembali, menata perasaan yang berantakan. Sedikit positifnya menangis adalah ini. Menangis kadang berarti sesorang itu sedang tersiksa. Tapi lebih tersiksa lagi kalau sampai tidak bisa menangis.

Negatifnya, menangis kadang dianggap cengeng. Belum apa-apa sudah menangis. Menangis juga dianggap sebagai penolakan. Kalau dalam suatu permasalahan yang berat, dan waktu pencarian jalan keluar salah satu pihak sudah menangis, maka berarti ia sudah tidak bersedia lagi bermusyawarah. Kadang juga dianggap senjata pamungkas. Bila suatu permohonan tidak dapat dipenuhi. Maka tangiskanlah, kadang-kadang upaya ini membuahkan hasil. Menangis juga kadang membuat kesal orang lain. Apalagi menangis yang meraung-raung di tengah malam disaat orang-orang butuh ketenangan untuk tidur. Orang akan menyumpah dan mencap sang penangis adalah gila! Maka, jangan lakukan yang seperti itu.

Namun, menangis tetaplah fitrah manusia, bahkan yang paling hakiki. Tuhan mencap manusia yang tak dapat menangis sebagai makhluk yang berhati batu.

Disaat malam yang hening, seorang hamba bersimpuh diatas sajadah yang bisu lalu mulai menghitung-hitung dosa yang telah dilakukannya. Lalu dari bibir yang kelu itu meluncurlah kata-kata sesal : Allah Tuhanku, aku datang lagi kali ini dengan tumpukan dosa yang semakin menjadi-jadi. Sekujur tubuh yang dulu suci ini telah habis kulumuri dengan dosa yang tiada terperi. Kepala yang berisi otak yang tidak seberapa ini dan dengan kecerdasan yang hanya setitik air ini telah berlaku sombong terhadap makhluk-makhlukMu yang lain. Bersama-sama dengan lidah dan bibir ini ia telah berani menghardik orang lain dengan mengatakan ‘bodoh!’. Mata ini telah dengan semena-mena menatap orang lain bak menatap sampah, penuh kehinaan. Dibarengi pula dengan tangan menutup hidung seolah menahan bau yang tidak sedap. Allah Tuhanku, perut ini telah dengan begitu bahagianya menerima makanan-makanan yang haram, telah dengan rakusnya merampas makanan milik anak-anak yatim, gelandangan dan orang-orang miskin lainnya. Tangan dan kaki yang selalu saja membawa diri ini ke tempat-tempat maksiat yang sungguh Engkau benci ya Allah. Dengan semua dosa itu, yang lebih mengherankan, hati ini ini tidak pernah berterima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan tanpa aku pernah bersusah membelinya bahkan walau hanya memintanya. Hatiku ini hanya diam saja menyaksikan semua kekangkuhan itu. Bahkan. ia tetap saja merasa berhak berjalan diatas bumiMu, bahkan berjalan dengan sombong! Berjalan dengan mangangkat dagu, mendongakkan kepala seperti hendak menantang langitMu! Allah Tuhanku, aku tahu disebelah maha kasihMu, ada juga murkaMu yang pedih. Aku bermohon padaMu, tahankanlah sejenak murkaMu itu dengan maha penyayangMu karena di balik gunung-gunung dosa yang tinggi itu, aku ingin mempersembahkan kerinduanku yang meneyesakkan dada terhadap ampunanMu. Kerinduan yang sama tingginya dengan gunung-gunung itu karena telah lama sekali aku memendamnya. Kerinduan yang telah kubawa sejak lahir ke dunia ini. Allah Tuhanku, dengan segala kehinaan seorang hamba, aku berlari mengejarmu, untuk kusungkurkan wajahku kebumiMu, dan dalam sedu yang lirih kuharap do’a taubat ini akan sampai ke langitMu yang tinggi. Lalu menjadi kunci bagi pintu maafMu.

Allah Tuhanku, setelah itu, untuk mengusir angkuh dan sombong yang selama ini bersemayam, tunjukkanlah padaku dimana letak sesal, agar aku mengambilnya untuk mengisi ke sebagian hatiku, lalu tunjukkanlah pula dimana letak syukur untuk kuisikan lagi dibagian hatiku yang lainnnya. Dengan keduanya, lalu kuatkanlah kakiku untuk berlari ke arahMu. Mungkin tak kuat berlari, aku akan berjalan, bila tak kuat berjalan aku akan melangkah. Bila semua itu tetap tak sanggup kulakukan, mohon seretlah aku agar tetap aku menjadi semakin dekat padaMu.

Allah Tuhanku, bumi yang telah basah dengan cucuran airmata ini jadikanlah pembatas bagiku untuk tidak kembali atau sekedar menoleh, dan setelah itu tetapkanlah mata dan hatiku untuk senantiasa menatap kepadaMU.

Tidak diteruskan, karena aku sudah menangis......... :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar