Jumat, 15 April 2011

ARTI SEBUAH KEHILANGAN

Siang hari di tepian sawah...
Daun-daun itu berguguran, luruh ke tanah..
Adakah pohon itu merasakan sebuah kehilangan karena dedaun meninggalkannya, lepas, untuk bersatu dengan bumi?
Atau mungkin pohon itu terlalu sering mengalami kehilangan sehingga akhirnya ia merasa terbiasa?
Atau sebenarnya ia merasa kehilangan tapi hanya bisa mendesahkannya lewat angin ?

Perasaan kehilangan tampaknya berkorelasi erat dengan perasaan cinta, kasih dan sayang..
Bentuk rasa yang dianugerahkan Allah untuk menghiasi kehidupan dengan keindahan tak terkatakan, sekaligus untuk menguji kesabaran manusia dengan rasa sakit yang tak terperi..
satu bentuk perasaan yang misterius, yang kadang tak terduga kemunculannya bahkan seringkali tumbuh di ladang yang salah.

Saat rasa cinta itu tumbuh terhadap sesuatu atau seseorang, secara naluriah keinginan untuk memilikipun menyertainya seperti bayangan.
semakin besar kadar cinta, semakin besar keinginan untuk memiliki..
Mekanisme yang luar biasa yang diciptakan-Nya untuk mempertahankan eksistensi peri kehidupan manusia di bumi.
karena rasa cinta dan rasa memiliki bisa memunculkan energi luar biasa bagi seseorang untuk melakukan hal-hal terbaik untuk sesuatu atau seseorang yang dicintai atau “dimiliki”nya.
Saat orang mengatakan cinta tidak harus memiliki, boleh jadi itu bukanlah ekspresi yang sebenarnya dari hati tapi sebuah bentuk pertahanan diri atas rasa sakit akibat ketidak mungkinan untuk memiliki.

lalu…
Besar kecilnya rasa kehilangan dan rasa sakit yang ditimbulkannya..
sangat tergantung dari besar kecilnya rasa memiliki terhadap sesuatu atau seseorang,
Juga tergantung pada tingkat SPIRITUALITAS dan KESADARAN seseorang terhadap hak milik yang sebenarnya.

………………

Angin bertiup sedikit lebih kencang,
daun-daun pun makin banyak berguguran..
Mungkin aku harus belajar pada pepohon..
Mencintai daun-daun dengan memberi yang terbaik
semua yang dibutuhkan sehingga daun-daun bisa tumbuh dengan baik, sehat dan segar..
Tapi saat kehilangan itu tiba.. saat dedaun itu meninggalkannya..
Ia merelakannya sebagai sebuah keniscayaan hidup..
Bukan karena tidak mencintai dan tidak ingin memiliki..
Tapi karena sangat mencintai…
sehingga menyerahkan apa yang harus terjadi, dengan penuh cinta, pada pemilik yang sesungguhnya…

1 komentar:

  1. Shinta Hendrawati15 April 2011 pukul 22.19

    Kini...
    hatiku tergores kesedihan....
    Walau air mata ku tak berlinang..
    Bukan berarti suatu kerelaan...
    saat langkah terayun...
    jarak kita pun semakin membentang..
    Akankankah semuanya jadi terkenang ..
    atau hanyut terbawa gelombang...
    bahkan mungkin terkubur oleh waktu
    dan keadaan takdir..

    Aku tau...
    Waktu tak mungkin bisa diulang...
    takdirpun tak mungkin dielakan...
    smua yg ada di dunia ini
    sudah di gariskn oleh sang pencipta...
    kita hambanya hanya bisa berdoa dan berdoa...

    Yang ku inginkan kini
    hanya menyepi dan menikmati kesendirian ku dengan memadu kasih kepada ROBBku.. ALLAH..
    Huuffftttttt....
    Dunia ini begitu menyesakan dada ku

    BalasHapus