Kamis, 25 Maret 2010

MARI MENGHITUNG MUNDUR KEMATIAN

Metode penghitungan mundur sering digunakan untuk acara-acara penting seperti pelaksanaan olimpiade, pemilihan umum (pemilu), atau menjelang pelaksanaan ujian akhir nasional di sekolah-sekolah. Caranya, sebuah papan penunjuk waktu yang ditulisi angka dengan ukuran besar diletakkan di tempat strategis. Penghitungan mundur pelaksanaan kegiatan biasanya dilakukan satu bulan sebelum pelaksanaan. Diawali dari angka 30, setiap hari angka berkurang menjadi 29, 28, 27 dan seterusnya hingga mencapai angka 0 yang berarti hari pelaksanaan (hari H) telah tiba.

Berkaitan dengan umur manusia, sesungguhnya waktu yang ada sekarang, bergantinya hari demi hari, merupakan penghitungan mundur waktu kematian. Setiap manusia akan memulai dan mengakhiri penghitungan mundur kematiannya dalam waktu yang berbeda-beda. Saat terlahir ke dunia, saat itulah manusia memulai penghitungan mundur kematiannya. Dengan takdir Allah, ada yang meninggal beberapa ratus tahun kemudian, beberapa puluh tahun kemudian, beberapa tahun kemudian, beberapa bulan, beberapa hari, bahkan ada yang beberapa menit kemudian..

Semua manusia sama, akan mengalami penghitungan mundur kematian. Seiring bergantinya hari, semakin dekatlah akhir penghitungan mundur kematian kita. Ketika hitungan mundur sudah mencapai angka 3, 2, dan 1, maka saat itulah penghitungan mundur berakhir. Malakul maut akan mencabut nyawa kita.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa; tapi Dzat Tuhanmu akan tetap kekal, yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan”(QS 55: 26-27). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat saja disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS 3:185).

Lalu, ketika angka penghitungan mundur kita semakin mengecil, terus meluncur menuju angka 0, kenapa kita masih tertipu kehidupan dunia yang sementara? Kenapa aturan Sang Pencipta harus dikalahkan karena mengharap ridho sesama manusia? Bukankah manusia yang lebih mengharapkan kehidupan dunia dibanding ridho Allah akan mendapat siksaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya?

Kenapa solat kita masih terlambat, bukankah orang yang lalai dalam solatnya akan mendapatkan kecelakaan? Bukankah kita sudah mengetahui dalam sebuah hadis yang sohih dikatakan bahwa amalan pertama yang akan dihisab adalah perkara solat kita ketika di dunia?

Kenapa kita masih merasa berat bederma kepada sesama yang membutuhkan? Bukankah sebuah hadis sohih menjelaskan bahwa sebaik-baik sedekah adalah engkau bersedekah ketika engkau dalam keadaan sehat dan rakus (kikir), sangat mengharapkan kekayaan dan takut miskin? Al Imam Ibnu Katsir menambahkan yakni ketika engkau benar-benar cinta pada harta, tamak, dan sangat membutuhkannya.

Mari kita tengok lagi, apakah sumber nafkah dan makan minum kita sudah halal? Apakah hati kita sudah steril dari iri dan dengki? Apakah lidah kita sudah terbebas dari menggunjing saudara kita sendiri? Apakah mata dan hati kita sudah terhindar dari beragam kemaksiatan di sekitar kita..?
mari selalu memperbaiki diri agar kita bukan termasuk orang2 yang merugi...
^semoga bermanfa'at^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar